9 Sep 2012

Ternyata Kita Lebih Miskin !



Pada Suatu hari, Pak Deny mengajak anaknya yang masih kecil
untuk berkunjung dan tinggal di desa kampung halamannya dulu. Pak Deny
menghabiskan waktu kecilnya di desa sampai orang tuanya meninggal, lalu dia
ikut Pamannya ke kota. Dan di kota itulah Pak Deny menjadi pengusaha yang
sukses dan berhasil. Kini dia menjadi orang yang kaya.

Desa tersebut jauh dari perkotaan. Suasananya masih sangat sederhana. Dan warganya pun identik dengan orang miskin. Pak Deny ingin mengajari anaknya tentang arti Miskin dan Kaya. Dia ingin menunjukan pada
anaknya bagaimana rasanya hidup jadi orang miskin.

Selama beberapa hari di desa, Pak Deny dan ankanya menginap di rumah milik sahabat masa kecilnya, Pak Wahyu. Rumahnya sangat sederhana. Dindingnya dari papan, tidak punya pagar, dan sekitar 15 meter dari belakang rumahnya terdapat aliran sungai kecil yang masih bening airnya. Sungai tersebut menjadi tempat bermain Pak Deny waktu kecil bersama teman-temannya. Di samping rumah terdapat kebun dan halaman depan membentang luas, tempat anak-anak mengembala ternaknya dan bermain layangan bersama-sama.

Seminggu berlalu, Pak Deny dan anaknya pun kembali ke kota. Di perjalanan dia bertanya pada anaknya “Gimana nak..? Apa yang kamu rasain setelah seminggu tinggal di desa? Apa yang kamu dapat dari seminggu kemarin”,
tanyanya dengan senyum sembari berharap anaknya memahami tentang perbedaan kaya dan miskin.

“Asyik yah.. menyenangkan sekali” jawab sang anak dengan riangnya. “Kita harus repot-repot membangun kolam renang yang mahal di belakang rumah, sedangkan mereka punya kolam renang yang panjaaaaang sekali”. “Juga halaman kita sempit dan tidak bisa melihat apa-apa karena terhalang sama tembok, tapi mereka punya halaman yang luaaaass sekali, sejauh mata memandang, bahkan bisa untuk main layangan bersama-sama! Kita harus membangun taman,
sedangkan mereka punya taman yang besar sekali! Kita harus antri di supermaket untuk membeli sayur dan buah, sedangkan mereka tinggal petik dari kebun dan gratis pula!.

Sambil tarik nafas anak itu melanjutkan “Kita harus ke luar negri untuk beli lampu taman, sedangkan lampu taman mereka banyaaaak sekali, bertaburan dan kelap kelip di angkasa! Tiap hari ayah kerja dari pagi sampai
malam, sedangkan mereka sore hari orang tuanya bisa bercanda dan bermain dengan anak-anaknya! Kita harus ke kebun binatang kalau mau naik hewan, sedangkan
mereka setiap hari mau naik apapun juga bisa, ada sapi, kerbau, bahkan kuda! Gak perlu bayar pula! Wah, ternyata kita orang miskin, kita sangat kalah kaya
dengan mereka yah..!”.

Teman-teman yang luar biasa, sesungguhnya kaya miskin itu tidak tergantung oleh harta, tapi tergantung cara kita menikmatinya dan bersyukur. Jika kita dalam kekurangan, tapi masih bisa bersyukur dan menikmatinya, untuk apa kaya tapi lupa untuk bersyukur? Sesungguhnya hidup ini penuh hal yang tak ternilai dengan harta.

0 komentar:

Posting Komentar