Seorang presiden pada umumnya memiliki kehidupan yang berbeda dari orang kebanyakan: bermobil mewah, berpenghasilan tinggi per bulannya, dan bertempat tinggal di rumah yang bak istana. Namun, kondisi ini tidak dirasakan oleh Jose Mujica yang sejak 2009 lalu menjabat sebagai Orang Nomor Satu di Uruguay.
Sejak terpilih menjadi presiden empat tahun silam, Jose tidak tertarik untuk menghuni rumah kepresidenan di ibukota, Montevideo. Dia malah lebih memilih tinggal di sebuah rumah pertanian di daerah pelosok yang jalan-jalannya bahkan belum beraspal. Di rumah inilah, Jose beserta istrinya berkebun bunga demi memenuhi sebagian keperluan hidupannya.
Presiden Jose Mujica memang bergaji sekitar 120 juta rupiah per bulan tapi dia mendonasikan 90 persen dari gajinya itu untuk amal. “Saya masih bisa hidup baik dengan gaji segitu. Ini harus dilakukan karena masih banyak rakyat Uruguay yang hidupnya lebih berkekurangan,” ungkap Jose pada harian berbahasa Spanyol, El Mundo.
Dana bantuan Jose ini lebih ditujukan pada kaum papa dan pengusaha kecil di Uruguay. “Ini soal kebebasan,” ujar Jose Mujica suatu kali pada BBC. “Kalau Anda tidak punya banyak harta, maka Anda tidak perlu bekerja sepanjang hidup seperti budak demi mempertahankan kekayaan itu, dan dengan begitu Anda akan punya lebih banyak waktu untuk diri sendiri.”
Di hadapan peserta acara Konferensi PBB untuk Pembangunan Berkelanjutan (Rio +20) pada bulan Juni lalu, Jose mendukung filosofinya tentang kemiskinan dan konsumsi. “Jika yang saya lakukan hanyalah bekerja demi membeli barang-barang dan memperoleh sesuatu yang lebih, jika masyarakat konsumtif adalah energi dari segala sesuatu, akan menuju ke mana semua ini?” tanyanya. “Kita perlu mulai untuk menjalankan jenis budaya yang lain… Seneca pernah berkata, ‘orang miskin bukanlah orang yang tidak punya apa pun, tapi orang miskin yang sebenarnya adalah orang yang membutuhkan dan selalu menginginkan lebih.’
”
”
0 komentar:
Posting Komentar